Pasar Kranggan : Jantung Ekonomi Bagi 9 Desa di Wilayah Bayan Selatan yang Tidak Bisa Didanai dengan Dana Desa
Jika Kita melintasi jalan kabupaten dari Besole (depan Koramil Bayan) menuju Sangubanyu, maka tepat sebelum jembatan Sungai Jali di perbatasan Desa Krandegan dan Desa Ketiwijayan, Kita akan mendapati sebuah pasar desa yang selalu ramai, terutama di pagi hari. Masyarakat biasa menyebutnya sebagai Pasar Kranggan. Meski identik dengan Desa Krandegan, sesungguhnya secara administrasi, pasar ini terletak di dua desa. Deretan los yang ada di sisi utara jalan adalah wilayah Desa Ketiwijayan, sementara deretan kios di sisi selatan jalan masuk wilayah Desa Krandegan.
Terdapat ratusan pedagang yang menyediakan aneka kebutuhan masyarakat di pasar ini. Para pedagang dan pembeli berasal dari setidaknya 9 desa di sekitarnya, yaitu Jono, Ketiwijayan, Pogungrejo, Pogungkalangan, Pogungjurutengah, Banjarejo, Tanjungrejo, Tangkisan dan Krandegan. Pasar Kranggan benar-benar menjadi pusat transaksi dan pusat ekonomi bagi masyarakat di 9 desa tersebut.
Meski puncak keramaian ada di pagi hari, tapi cukup banyak pedagang yang bertahan sampai sore hari. Bahkan, saat sore, akan tampak beberapa pedagang makanan dan gorengan yang menggelar dagangannya sampai malam tiba.
Barang dagangan yang tersedia di Pasar Kranggan pun sangat beragam, bukan hanya makanan siap saji dan bahan makanan mentah serta sembako. Di pasar ini, tersedia juga aneka kebutuhan rumah tangga, seperti pakaian dan peralatan rumah tangga, termasuk elektronik. Ada juga pertamini, rumah makan , dan jasa potong rambut. Bahkan terdapat pula toko alat tulis kantor dan fotocopy serta petshop. Para pedagang terbagi ke dalam beberapa kategori tempat. Ada yang menempati los, kios, bahkan di tanah dengan alas seadanya. Sebagian lain tampak menggelar dagangannya di atas kendaraan yang di bawanya, seperti motor dan mobil serta gerobak.
Jika dilihat dari bangunan yang ada, tampak bahwa sebenarnya pasar ini butuh renovasi supaya lebih bersih dan bagus.. Bangunan yang ada, terutama los, terlihat usang dan tua. Sementara di sepanjang jalan kabuaten yang membelah pasar, banyak pedagang yang menggelar dagangannya di tanah. Hal ini tentu menjadi persoalan tersendiri jika musim hujan. Hanya barisan kios dan toko yang tampak rapi dan cukup megah. Sudah puluhan tahun pasar ini berada dalam kondisi yang seperti sekarang. Ketika ditelusuri, alasannya terletak pada status kepemilikan tanah pasar tersebut yang ternyata milik pribadi, bukan milik pemerintah desa.
Kepala Desa Krandegan, Dwinanto, membenarkan bahwa pasar tersebut berdiri di atas tanah pribadi dan berstatus milik pribadi, sehingga tidak bisa didanai dengan dana desa, APBD maupun APBN.”Sebenarnya cukup sering masyarakat mengusulkan agar desa membangun pasar sendiri. Akan tetapi Kami masih menimbang banyak hal, terutama antara manfaat dan madlorotnya mengingat pasar itu sudah puluhan tahun dan pengalaman membuktikan, bahwa memindahkan sebuah pasar beserta seluruh pedagang dan pembelinya bukanlah hal mudah”katanya menjelaskan.
Masse
26 September 2024 11:55:24
Kegiatan yang positif untuk mempererat tali persaudaraan diantara warga se-Kec. Kutoarjo...